Mendalami Esensi dan Manifestasi Cinta

Mendalami Esensi dan Manifestasi Cinta

KAMPUS Tak ada komentar pada Mendalami Esensi dan Manifestasi Cinta

       Salatiga,(26/9/2018) Kelompok bakat minat  PERMEN (Persekutuan Rohani Mahasiswa Ekonomi “Jeremiah Generation” ) Universitas Kristen Satya Wacana kembali mengadakan ibadah Welcoming Service dengan tema “Welcome Home”.  Ibadah rutin kali ini dibawakan oleh Agus Sunoko sebagai pembicara, yang diadakan di gedung GX 304  UKSW pukul 18.00 WIB. Ibadah dibuka dengan melantunkan lagu-lagu pujian penuh semangat, baru kemudian masuk ke dalam sesi perenungan, dan ditutup dengan makan serta sharing bersama dalam kelompok.

Memberi dan Menerima

        Manakah yang lebih anda sukai? Diberi? Diterima? Atau diterima apa adanya? Esensi dari cinta adalah menerima, tetapi manifestasi dari cinta adalah memberi. Seseorang bisa saja memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi. Dan engkau tidak akan pernah bisa memberikan sesuatu kepada seseorang sebelum engkau menerimanya terlebih dahulu. Seperti Bapa yang menerima kita apa adanya, baru setelah itu Ia memberikan pemberian terbesarnya, yaitu berupa Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib.

Dua Sisi Karakter Ilahi

        Ada dua sisi karakter ilahi. Sisi yang pertama ialah maha adil. Seperti yang tertulis dalam (Roma 3 :23), “Semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” dan “Upah dosa adalah maut.” (Roma 6 : 23). Dari dua kutipan ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa segala kejahatan dan dosa harus dihukum di dalam keadilan Allah. Dengan begitu umat manusia seharusnya berada dalam neraka yang kekal. Namun Allah memiliki sisi  yang lain, yaitu maha pengasih. Maha Kasih Allah berkata, Ia tidak menginginkan 1 orang pun berada dalam neraka yg kekal, tetapi Allah menginginkan semua manusia diselamatkan, dan beroleh hidup  kekal melalui Yesus Kristus, putera-Nya. (Yohanes 3 : 16).

                                                                                       

Perumpamaan Tentang Anak yang Hilang

Ibadah Welcoming Service Bersama PERMEN

       Dalam Lukas 15 : 11-32 dikisahkan tentang seorang Bapa yang memiliki dua orang anak, si Sulung dan si Bungsu. Pada suatu hari si Bungsu meminta jatah warisan harta dari Bapanya. Namun setelah si Bungsu mendapatkan harta tersebut, ia justru pergi dari rumah Bapanya dan hidup berfoya-foya hingga jatuh miskin. Akibat kelaparan, si Bungsu bekerja sebagai penjaga babi, namun meminta makanan babi saja ia tidak diberi. Pada akhirnya dia pulang ke rumah Bapanya, dan justru disambut hangat oleh Bapa, dipeluk, dipersiapkan pakaian, dan makanan.

        Seringkali anak-anak Tuhan mengalami hal yang sama. Seringkali berkat dan anugerah yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita justru bukan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, namun justru menjauh dari-Nya. Berkat serta karunia yang luar biasa membuat kita menjadi sombong. Kemudian berapa banyak dari kita yang datang pada Tuhan dalam kondisi tidak berdaya, penuh penderitaan, dan kesukaran? Dimana kita datang bukan untuk mencari hati Tuhan, namun semata-mata adalah untuk mencari pertolongan? Seperti Bapa di kisah Lukas 15: 11- 32 tadi, si Bungsu mungkin kotor, dekil, bau babi, dan mengecewakan hati Bapa. Namun Bapa tetap menerima dan memeluk anaknya, karena ia mengasihinya.

        Buka hatimu, lepaskan topengmu dan jadilah dirimu apa adanya. Tuhan tidak butuh engkau mempermak hidupmu dengan topeng-topeng kesalehan bahkan pelayanan. Tidak perlu menjadi sempurna terlebih dahulu baru kembali kepada Tuhan. Kita mungkin mengecewakan Tuhan karena dosa-dosa yang kita perbuat. Namun saat engkau kembali dalam kondisi terburuk seperti apapun, Tuhan tetap mengasihi dan menerima kita apa adanya. Perubahan bukanlah perubahan sampai terjadi perubahan. Komitmen bukanlah perubahan. Tetapi komitmen adalah langkah awal menuju perubahan.

 

 

Gabriela Amanda Widyastuti​, ​mahasiswa Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2017, Staf Redaksi Ascarya Journalistic Club 2017-2018.

Penyunting : Rizki Dewi Nareswari

Leave a comment

Back to Top