Kumpulan Tulisan Pemenang Workshop Jurnalistik 2018
SEPUTAR FEB 26 Februari 2018 Tak ada komentar pada Kumpulan Tulisan Pemenang Workshop Jurnalistik 2018Kunjungan Mahasiswa UKSW Salatiga di Kompas, Semarang
Oleh: Amalia Savitri 212017152
Sekitar 40 mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana mendatangi PT. Kompas Media Nusantara di Jalan Menteri Supeno No. 30 Semarang, Selasa (13/2). Kunjungan dilakukan guna mahasiswa lebih memahami kejurnalistikan yang ada di Kompas
Acara tersebut diisi oleh Unggul Prabowo, Bapak Aris, dan Pak Win selaku para manager di Kompas menjelaskan proses pembuatan koran Kompas yang di mulai dari pengumpulan bahan berupa berita dari reporter sampai pengolahan koran di pabrik dengan mesin canggih. Penayangan video pun dilakukan agar mahasiswa lebih mengetahui gambaran cara pembuatan koran secara detail.
Irlene, salah satu mahasiswa mengajukan sebuah pertanyaan ‘bagaimana manajemem waktu dalam pembagian tugas dari seorang reporter, redaksi sampai ke pabrik untuk membuat koran?’
‘Seorang reporter memiliki deadline pengumpulan berita pada jam 10 malam. Pengumpulan berita lalu di lanjut ke tim redaksi untuk menyunting berita tersebut. Setelah itu, berita didesain penempatannya dan di lanjut untuk dicetak di pabri pada jam 3. Dan koran sudah harus sampai pada pelanggan minimal jam 6 pagi.’ jawab Bapak Win.
Acara berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Di penghujung acara dilakukan foto bersama mahasiswa dengan para manager.
Semangat Pak Sudrajat Sang Pejuang Hidup
Oleh: Retno Widyastuti 222016080
Semarang (13/02/2018), saya berkunjung ke kota Semarang, tepatnya di Kota Lama Jl.Letjen Suprapto, Semarang Utara dalam acara workshop ascarya jurnalistik. Nampak bangunan-bangunan tua peninggalan nenek moyang masih berdiri kokoh disana. Ada satu hal yang menarik disana dan membuat saya ingin menghampiri dan mewawancarainya. Seorang penjual pernak pernik perhiasan kalung dan gelang, bapak Sudrajat namanya. Beliau sudah 5 tahun berjualan di kawasan tersebut sebagai mata pencaharian utamanya. Pak Sudrajat mengaku beliau harus menghidupi 4 orang anak dan 1 istrinya dari hasil berjualan pernak pernik tersebut. Penghasilannya per hari tidak lebih dari Rp 500.000 dihari-hari biasanya, namun jika dihari libur bisa mencapai Rp 800.000. Biasanya 3 minggu sekali Pak Sudrajat pergi ke Jogjakarta untuk membeli pernak pernik untuk kemudian beliau menjualnya kembali di kios miliknya. Kenapa beliau memilih Jogjakarta karena disana beliau bisa mendapatkan harga yang lebih murah dan dapat mengambil keuntungan hingga 35%. Ketika saya bertanya mengapa memilih usaha berjualan pernak pernik daripada kuliner, beliau menjawab karena yakin dengan usaha jual pernak pernik lebih memberikan keuntungan daripada kuliner. Dari kalung beliau mulai menjual harga antara Rp 20.000 sampai Rp 50.000, sedangkan untuk gelang harganya bervariatif mulai dari Rp 5.000, Rp 7.000, sampai Rp 10.000 dapat 3 gelang. Pak Sudrajat bercerita bahwa dia hanya lulusan Sekolah Dasar yang tidak memiliki bakat apapun. Sebelum berjualan dulu beliau sebagai kurir panggul di pasar yang hanya berpenghasilan pas-pasan. Bahkan untuk menyekolahkan anaknya saja beliau sampai harus bekerja sambilan lagi malam hari menjadi penjaga rumah seorang pengusaha. Sampai suatu ketika beliau memiliki gagasan bagaimana jika berjualan di kawasan Kota Lama yang dirasa banyak pengunjung berdatangan kesitu. Akhirnya beliau mencoba mengajukan pinjaman ke koperasi untuk modalnya berjualan. Dan dari situlah Pak Sudrajat mulai dengan profesinya yang baru sebagai pedagang. Hal yang membuat saya terkesan adalah semangatnya yang luar biasa bekerja keras sepanjang hari untuk menghidupi keluarga dan biaya sekolah anak-anaknya, dan juga idenya menciptakan pekerjaan baru meskipun tidak memiliki bakat berdagang dan hanya lulusan sekolah dasar. Beliau mengajarkan untuk berani memulai sesuatu yang baru dan jangan takut gagal dengan resikonya.
Suka Duka Tukang Es Krim Keliling
Oleh : Nevrita Salma 232016065
Siang ini (13/2/2018) ketika saya berkeliling di sebuah kawasan Kota Lama Semarang saya bertemu pedagang es krim keliling yang bernama Sriyono. Sembari berfoto untuk mengabadikan momen yang bernilai antik dan mempunyai sejarah saya mulai bercakap-cakap dengan Pak Sriyono. Pak Sriyono ini adalah orang asli Semarang yang bertempat tinggal di daerah Kaligawe.
Pak Sriyono setiap harinya bekerja sebagai pedagang es krim keliling di Kota Semarang termasuk di daerah Kota Lama Semarang yang saat ini saya kunjungi. Awalnya Pak Sriyono bukan bekerja sebagai pedagang es krim keliling, beliau sempat dua tahun merantau ke luar Jawa yaitu ke Kalimantan dan beliau bekerja di Kelapa Sawit. Namun beliau bercerita bahwa selama dua tahun di sana dia tidak mendapatkan hasil, sehingga dia memutuskan kembali ke kota kelahirannya.
Ketika saya bertanya mengapa beliau tidak memutuskan bekerja di batubara, beliau menjawab “kalo saya bekerja di batu bara pekerjaannya lebih berat mbak, karna ada sistem untuk mendinginkan batu bara dan memanaskan batu bara. Apalagi banyak yang mengatakan kalau disana hasilnya juga tidak ada. Karna banyaknya sistem borongan yang menipu.”
Pria baruh baya ini bercerita bahwa beliau yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang es krim keliling adalah tulang punggung bagi kedua orang tuanya.
Lalu saya kembali bertanya,”Bagaimana penjualan es krim untuk musim penghujan saat ini, apakah mengalami penurunan atau mengalami peningkatan?”
“Ya tidak mempengaruhi penjualan, karna anak-anak kecil di Kota Semarang tetap mencari es krim. Karna memang hujan atau tidak cuaca di Kota Semarang tetap panas”, begitu tutur dari Pak Sriyono ini.
Pengorbanan Pak Sriyono dari merantau sampai bekerja sebagai pedagang keliling es krim tidak henti disitu, beliau juga mengorbankan diri hingga tidak menikah di umur 40 tahunan ini karena beliau masih menanggung orang tuanya dengan berpendapatan cukup.
Bapak Paruh Baya di Kota Lama
Oleh: Pratiwi Febri 232016196
Bapak paruh baya berusia 54 tahun terlihat berjualan diarea foto di Kota Lama, Semarang. Bapak itu bernama Edi. Beliau adalah pedagang minum dan snack diatas grobak. Beliau tinggal di Kalibaru, semarang. Dalam keseharian beliau mulai melakukan pekerjaan jam 9 pagi hingga 4 sore. Beliau bilang bahwa dulu area itu adalah area penjualan daging ayam dan terbilang kumuh, hingga akhirnya dipindahkan dan lokasi tersebut dibersihkan oleh pihak pemerintah.
Beliau memulai berjualan ditempat tersebut sekitar pertengahan tahun 2016. Beliau berkata bahwa sebenarnya tempat tersebut adalah area dilarang berjualan dan tidak diperbolehkan membangun ruko secara permanen. Namun Edi mendapat dispensasi dari pihak pemerintah untuk tetap berjualan disitu, dengan imbalan membersihkan lokasi tersebut.
“Disini sebenarnya daerah gak boleh jualan mbak, tapi saya dapat dispensasi dari pemerintah, boleh jualan disini tapi harus membersihkan lokasi setiap hari”. Ucapnya.
Namun perjuangan Edi tidak hanya itu, ketika hujan turun ia harus pergi berteduh dan membawa grobaknya. Edi mengatakan bahwa pengahasilan sehari-harinya hanya berasal dari pengunjung area foto di Kota Lama, Semarang.
“Ya memang penghasilannya hanya dari pengunjung sini mbak, rame atau enggak ya saya tetap disini.” ungkapnya.
Tak Dipandang Namun Berjasa
Oleh : Valensya Soukotta 232015024
Semarang- Kota Lama merupakan salah satu destinasi pariwisata yang harus didatangi ketika mengunjungi semarang. Selain menawarkan sisi kota pada masa tempoe doloe, kota lama dapat membuat para pengunjung bernostalgia saat massa kanak-kanak dahulu. Kota Lama dapat dikatergorikan sebagai tempat wisata yang bersih. Kebersihan kota lama tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, dalam hal ini pemerintah menugaskan pasukan kuning. Nugito (50) adalah salah satu petugas kebersihan yang membersihkan taman. Setiap harinya pak Nugito membersihkan taman dari pukul 06.00 hingga 15.00. Pak Nugito sudah dua tahun menjadi seorang petugas kebersihan. meskipun lelah bekerja namun ia bahagia melakukan tugasnya. Sebelum menjadi petugas kebersihan, Pak Nugito bekerja sebagai penjual keliling dan pegawas proyek. Baginya apapun pekerjaan yang dilakukan asalkan dilakukan dengan ikhlas dan senang hati akan menjadi berkat. Pak Nugito berpikir bahwa ia ingin mengisi waktu luang dengan menjadi berkat bagi sesama. Namun sayangnya taman yang dibersihkan akan kembali kotor akibat tidak adanya kesadaran dari para pengunjung yang sering kali meninggalkan sampah ataupun membuang sampah sembarangan padahal pemerintah kota sudah menyediakan tempat sampah.
Kota Lama Masih Melekat Dihati
Oleh : Viona Ika Safira 212017235
SEMARANG – Kota Lama masih menjadi salah satu wisata dalam kota bagi para warga lokal maupun luar Semarang. Salah satunya para mahasiswa peserta Workshop Jurnalistik 2018 Fakultas Ekonomi Bisnis UKSW yang melakukan kunjungannya di Kota Semarang memilih Kota Lama sebagai salaha satu tujuan pembelajaran pada Selasa(13/2). Keadaan Kota Lama yang menawan dimanfaatkan oleh para peserta untuk mengarah kemapuannya untuk menulis sebuah berita.
Keadaan Kota Lama yang menawan dapat dibuktikan dengan bengunan-bangunan tua dan mengandung sejarah yang bernuansa bak masa kolonial mampu menarik perhatian pengunjung untuk bernostalgia disana. Bangunan kuno seperti Gereja Blenduk yang disebut sebagai salah satu bangunan landmark di Kota Lama. Bentuk bangunan yang menonjol dengan gedung yang bergaya vintage menjadi keunikan Gereja tersebut.
Tak lengkap jika sebuah kota tua tak memiliki sebuah taman. Di Kota Lama terdapat sebuah taman yang sangat asri di tengah kota. Ditambah dengan alunan musik yang lembut membuat suasana taman kota semakin nyaman untuk sekedar melepas penat bagi para pengunjung. Kebersihan taman juga sangat di perhatikan, itu terbukti dengan adanya para petugas kebersihan yang membersihkan dedaunan yang sudah jatuh dari pohon.
Kunjungan yang dilakukan Workshop Jurnalistik 2018 ini pun memilih Kota Lama sebagai objek wisata karena memang banyak sekali bahan yang bisa diliput disana. Para peserta pun memiliki antusias yang luar biasa yang dapat dilihat dari senyuman yang terpancar pada wajah mereka.
Kesan ASCARYA
Selamat kepada teman-teman yang tulisannya terpilih sebagai tulisan yang layak publis dalam acara Workshop Jurnalistik 2018, kami sangat mengapresiasi tulisan teman-teman. Sampai ketemu diacara Ascarya selanjutnya tentunya dengan karya yang baru. 🙂
Tabik!
Leave a comment