Hoax Itu Dibatasi, Bukan Dicegah

Hoax Itu Dibatasi, Bukan Dicegah

KAMPUS Tak ada komentar pada Hoax Itu Dibatasi, Bukan Dicegah

Rabu (29/11/17), SMU menyelenggarakan Satya Wacana Discussion for True Action atau SWADITA  bertemakan Generasi Milenial yang Cerdas Menyikapi Hoax dalam Media Sosial. Panitia mengundang dua pembicara, yaitu Richard G. Mayopu (dosen FTI) dan Sri Suwartiningsih (dosen Fiskom). “Tujuan dari terselenggaranya SWADITA ini supaya peserta sebagai generasi milenial bisa membedakan mana hoax, dan mana yang bukan,” tukas Uncok Abel, selaku Ketua Panitia SWADITA.

Sri mengawali diskusi dengan penyampaian deskripsi hoax. Sri menuturkan bahwa arus informasi semakin tidak terbendung karena kecanggihan alat digital sebagai penerus informasi. “Dulu informasi datang sangat bergantung pada surat kabar dan menunggu beberapa hari untuk datang. Tapi, sekarang cuma pakai segenggam gadget dan data sudah lengkap di tangan kita,” jelas Sri.

“Lalu, mengapa orang menciptakan hoax? Ya karena itu, pada dasarnya manusia ingin dikenal, ingin dipercaya, dipuji, dan dapat untung. Untuk melancarkan keinginannya, maka munculah hoax”, kata Sri.

Sri berpendapat bahwa orang yang sangat produktif di dunia nyata, biasanya akan mengurangi kesibukan di dunia maya, begitu juga dengan sebaliknya. “Kesibukan di dunia maya yang tak terbatas, bisa jadi kesempatan orang berbuat iseng,” imbuh Sri.

Media sosial rawan perilaku iseng, khususnya dalam kasus penyebaran informasi penipuan. “Keberadaan hoax bukan sekadar tulisan, akan tetapi juga gambar. Misalnya: produk yang dijual di online shop. Gambar yang terpampang di situs dapat berbeda jauh dengan apa yang sudah dikirim ke tangan konsumen,” terang Sri.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Data Pengguna Internet

Dalam sesi diskusi kedua, Richard pun menyanggah sambutan dari ketua panitia SWADITA. “Sebenarnya kita ini bukan generasi milenial, akan tetapi kita adalah generasi digital. Generasi di mana saat semua informasi dapat bergantung pada alat digital yang kita genggam sekarang,” ungkap Richard.

“Tahun 2016, Asosiasi Pengguna Internet (API) menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 256 juta. Sedangkan, pengguna internet berada di angka 132 juta,” kata Richard. Menurut API, Wilayah Jawa sebagai pengguna tertinggi, yaitu sekitar 86 juta pengguna internet. Jumlah pengguna internet di Kalimantan, Papua, dan Maluku yang masih di bawah 10%. Dalam hal ini, penikmat hoax  yang paling besar adalah mahasiswa, yaitu 97%. Aplikasi turn back hoax merilis data bahwa bentuk hoax yang paling banyak disebar, yaitu tulisan sebesar 62 %.

 

Penyebab Hoax

Wartawan sering tidak dapat membendung kumpulan tulisan yang diterima. “Wartawan itu paradigma pikirnya adalah ‘fakta itu bisa ditumpuk dan dicicil’. Pada jam sekian, saya tampilkan berita A. Faktanya, wartawan belum melakukan verifikasi sumber. Jadi, yang penting berita terbit dulu. Hasilnya, ketika sudah diupdate beritanya, berita yang lama itu tidak hilang. Sayangnya, orang share berita yang paling awal,” terang Richard.

 

Tips Kontrol Hoax

Richard menasehati untuk cermat dalam memeriksa keamanan domain laman situs. “Terkadang, bagi kita yang masih awam, sulit membedakan mana wordpress, go.id, blogspot, dan lain-lain. Apalagi, saat ini sangat mudah membuat website,” kata Richard. Pembaca dapat memeriksa keamanan situs dengan bantuan penilaian dewan pers pada situs dewanpers.or.id.

“Jangan hanya share, tapi berusahalah untuk read more,” tambah Richard. Pembaca harus jeli memperhatikan isi tulisan. Tulisan hoax sering menggunakan judul yang heboh dengan penekanan tanda seru. Namun, tulisan yang baik dilengkapi oleh sistematika 5W+1H. “Untuk melihat lebih yakin, dapat menggunakan aplikasi hoax analyzer atau forum anti fitnah-anti hoax,” kata Richard.

“Kita tidak bisa menangkal hoax. Kecuali, orang dibatasi untuk membuat hoax dan pengetatan pembuatan website. Sebagai contoh, China menjadi salah satu negara yang integrasi datanya paling bagus mengalahkan Singapura,” kata Richard sembari menutup sesi terakhir diskusi pada siang itu.

 

 

Armita Retno Wijayantimahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pemimpin Umum KBM Ascarya Journalistic Club periode 2017-2018

Penyunting: Theresia Gracia Agatha

N.B: Foto didapat dari Panitia SWADITA dan tim Publikasi Ascarya.

Leave a comment

Back to Top