Sajak untuk Ibu

PUISI Tak ada komentar pada Sajak untuk Ibu

Pada mula pertama,

Ialah landasan dari segala mimpi yang diukir dengan merdu di kepala

Ibu yang buat aku ‘sah’ jadi pejuang karya yang menggila

Kita yang duka, lemah, dan kurang ‘nyala’

Sehingga dibangkitkan dari pencemooh yang menghela

 

Tangis Ibu dilabuhkan pada Maha Sayang

Dan derai kudus disembur tiap petang

Sebagai kurban meraih cita anakku sayang

Perempuan tua itu masih banting tulang

Dengan hati dan janjinya, dijadikannya orang

 

Sewaktu-waktu masih kecil, kita duduk jadi ratu

Fantasi yang semu dan palsu jadi lugu

Kasihmu bak samudra biru

Kembang laut dan mutiara semua bagiku

Ibu, dagingku olehmu, tulangku olehmu, darahku olehmu!

 

Ibulah itu, tubuhnya mengepul keperihan dan luka denyut nadi

Bila terbitlah ronta kenakalanku

Keringat dan peluh membasahi bumiku

Lantaran tak kuasa kubayar hutangku padamu

Di atas doamu sekeras rinduku dan di tepi janjimu, kau taburkan yang kuminta dalam doaku

 

Perpisahan dimulai,

Aku harus merantau

Untuk menyambung kerja

Aku tidak tega

Sebab tak ada lagi teman yang menemani ceritamu

Ia semakin rentan sakit, pastilah ia akan sedih

Aku harus jadi orang

Aku harus rajin belajar

Bila aku jadi sarjana dan berkarya

Kuangkat Ibu dari kemelaratan

 

Ketika waktu menua dan petang kian nyata

Matanya semakin sembab

Ibu meringkuk terlunta-lunta, tak kuasa menahan tangisan rindu pada anakku sayang

Ingin rasanya menggulung ombak agar tak ada sekat jarak di antara kita

 

Aku tak bisa menghindari

Hari itu segera datang

Di hadapanku

Bergantung tanda kabung

 

Ibu pergi untuk selamanya

Napasnya tak bernada lagi

Tak kudengar ratapan Ibu lagi

Anakku, cah ayu!

Tak kubiarkan malaikatku terbujur sakit

Sini Nduk, kuusap air matamu

Kupoles dengan selendang

Kudekap tubuhmu dengan bilur doaku

Sambil berdesah “kamu gadis cantik!”

Punggungnya yang remuk, masih kuasa menggendong sakitku, sampai matahari terbit

 

Tapi apa daya?

Kerumunan manusia melayat

Aku masih menangis

Meratapi sesal

Ketika Ibu disambut ke pemakaman

Diriku ingin terikut di liangnya

Armita Retno Wijayanti

Mahasiswi Akuntansi Angkatan 2015 Universitas Kristen Satya Wacana

Pemimpin Umum LPM Ascarya Journalistic Club

Leave a comment

Back to Top