Ngalor Ngidul Open Forum

Ngalor Ngidul Open Forum

SEPUTAR FEB Tak ada komentar pada Ngalor Ngidul Open Forum

Masih tentang Open Forum, sesuai dengan undangan pada poster yang dipublikasikan, pada Jumat sore (1/4) terlihat banyak mahasiswa FEB dari berbagai angkatan berkerumun di sekitar gedung GX. Poster undangan memang menunjuk lantai dua gedung GX sebagai tempat berlangsungnya Open Forum, tepatnya di GX204. Open Forum dihadiri 216 mahasiswa, termasuk didalamnya mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Kemhasiswaan. Sudah jam empat lebih, namun Open Forum belum juga dimulai. Alasannya, karena ruangan masih dipakai untuk perkuliahan sehingga persiapan Open Forum pun juga mundur. Open Forum baru dibuka saat waktu menunjuk pukul 16.45. Posisi moderator diperankan oleh Yusepaldo Pasharibu, Koordinator Bidang Kemahasiswaan FEB.

Open Forum dibuka dengan sambutan dari Ketua BPMF, Agnes Yohanna, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Sang Moderator. Keduanya menyatakan sikap senang atas permintaan diadakannya Open Forum. Masuk pada inti Open Forum, termin pertama dibuka. Ketua Angkatan 2015, 2013, dan 2012 maju sebagai pembuka perbincangan namun bukannya mengajukan pertanyaan, ketiganya menyampaikan cerita masing-masing. Xandra Yeda, Ketua Angkatan 2012, yang pertama bicara. Ia menegaskan kepada beberapa rekan seangkatannya, yang juga ikut meminta adanya Open Forum, agar tidak membawa nama angkatan.

“Tolong, kalau kalian merasa mewakili 2012, paling nggak kalian lewat saya, karena saya masih ketua angkatan kalian. 2012 itu 560 orang, sedangkan biasanya kesepakatan itu, ketika itu kuorum. Kuorum itu 50% ditambah satu seinget saya. Jadi kalo kalian hanya 10 atau 20 orang, tolong, sekali lagi saya tekankan, jangan bawa nama 2012. Kalian berangkat dengan bawa nama kalian sendiri. Kecuali kalian menampung 281 mahasiswa 2012, monggo,” tegas Xandra Yeda.

Ari Wirawan, Ketua Angkatan 2015, kemudian angkat bicara dengan mengajukan permintaan sosialisasi mengenai mekanisme Maba Wajib LK yang menurutnya merepotkan mahasiswa karena adanya keharusan dalam mengikuti kegiatannya.

Ade Reynaldi Harahap, Ketua SMF, menanggapi pernyataan Ari dengan penjelasan bahwa tujuan dari Maba Wajib LK untuk menjaring mahasiswa agar dapat berperan aktif dalam Lembaga Kemahasiswaan. Namun masih banyak pertanyaan dibalik ketentuan kelulusan Maba Wajib LK pada periode 2014-2015 karena output dianggap tidak sama. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, kelulusan Maba Wajib LK periode 2015-2016 diukur dengan adanya silabus sehingga bisa mengontrol kualitas output.

Termin kedua dibuka. Pertanyaan pertama diungkapkan oleh Boby Kosasih, mahasiswa Manajemen 2013. Sebelum masuk ke pertanyaan, Boby berpendapat bahwa orang-orang di dalam LK selama ini seperti bergaul dengan kalangan mereka sendiri. Ia menyarankan, orang-orang dalam LK lebih bersosialisasi dengan mahasiswa lain agar tidak dipandang negatif oleh mahasiswa. Lain konteks, Boby mempertanyakan mengenai sulitnya masuk kepanitiaan. Boby tidak setuju dengan pernyataan diterima-tidaknya seseorang dalam kepanitiaan itu bergantung pada sikap saling kenal, “tujuan LK untuk memberi kesempatan (masuk kepanitiaan –red) bagi semua mahasiswa. Kenapa masuk kepanitiaan susah?”

Pertanyaan Boby ditampung. Sang moderator mencari pertanyaan lain. Aditya Marsetiawan, mahasisawa Akuntansi 2014, mengacungkan tangan, Ia menyampaikan bahwa Ketua angkatan 2014 berhalangan hadir dan membacakan pesan singkat dari Ketua Angkatannya dalam forum. Beda Aditya, beda Ketua Angkatannya. Aditya sendiri berpendapat bahwa pembahasan dalam open Forum ini tidak fokus topiknya.

Setuju dengan pernyataan Aditya, pukul 17:50, Mercia Marcelina, Mahasiswa Akuntansi 2013, menyarankan agar pembahasan difokuskan topik permasalahannya. Maksudnya, selesaikan dulu satu permasalahan beserta dengan sarannya, baru beralih ke permasalahan yang lain.

Forum setuju.

Pembahasan dilanjutkan, namun mengingat pertanyaan Boby belum terjawab, Ia mendapat kesempatan untuk bertanya kembali. Boby menceritakan pengalamannya saat menjadi Koordinator namun kurang arahan dan informasi. Moderator menyarankan Boby langsung menyebutkan unit yang dianggapnya bermasalah. “Karena disuruh sebutkan unitnya, langsung saja, KSM,” tegas Boby. Rian Isdianto Salean, Ketua KSM, membenarkan apa yang disampakan Boby namun, itu sudah dibahas dalam rapat evaluasi kegiatan tersebut.

Nelson Ardilen Sitompul, mahasiswa Akuntansi 2015, menanyakan mengenai keuangan untuk kegiatan-kegiatan yang diadakan di FEB. Yolanda Christina Rambing, Bendahara SMF, mengungkapkan dana kegiatan berasal dari pembayaran sks mahasiswa yang dialokasikan sebagian ke Dana Pengembangan Lembaga Kemahasiswaan (PLK). “Nah, kalo kamu pengen tahu dana LK periode ini itu ada sekitar tiga ratus enam puluh sekian berapa juta. Pengeluaran kita diperiode ini  tuh ada sekitar satu miliyar. Kamu bayangin, kita cuma punya  tiga ratus enam puluh dan kita punya pengeluaran satu miliyar,” ungkap Yolanda.

IMG_1134

Yusepaldo Pasharibu, Sang Moderator |Dokumentasi SDTF FEB

Waktu masih menunjukkan pukul 19.10, namun Sang Moderator telah membuka termin terakhir. Termin kali ini disambut langsung oleh enam penanya, Tomy Yudha Baskara, Satya Aji Pratama, Erwin Budiyanto David, Febrian Bagus Kurniawan, Alief Prio Fitrianto, dan Frengki Arisandi Sinaga. Masing-masing memaparkan baik pertanyaan dan pernyataan dengan tegas.

Tomy Yudha Baskara, mahasiswa Ilmu Ekonomi 2012, mengajukan pertanyaan mengenai cara HMP dalam melakukan kegiatan sesuai kebutuhan mahasiswa. Ia juga mengingatkan LK FEB agar tidak melupakan masyarakat Salatiga yang notabene masih sekota dengan tempat berdirinya Gedung FEB UKSW.

Satya Aji Pratama, mahasiswa Manajemen 2013, mengajukan pertanyaan mengenai cara pemilihan fungsionaris dan ketua BPMF, penyusunan GBHPLKF dan saran tentang pengadaan audit forensik ditubuh BPMF.

Erwin Budiyanto David, mahasiswa Akuntansi 2014, meminta jaminan yang dipegang jika saran dalam open forum ini diterima.

Febrian Bagus Kurniawan, mahasiswa Manajemen 2013, menyarankan agar KBM lebih memikirkan program yang bisa mempersiapkan mahasiswa bersaing di dunia kerja, khususnya menghadapi MEA. Selain itu, Ia menyarankan agar mahasiwa angkatan tua diutamakan untuk menjadi peserta LDKM.

Frengky Arisandi Sinaga, mahasiswa Manajemen 2013 juga menyarankan agar persyaratan standar IPK untuk mendaftar kepanitiaan dihapuskan.

Enam penanya kembali ke tempat duduk masing-masing. Moderator yang selayaknya mengatur jalannya diskusi dalam forum, malah menjawab sebagian besar pertanyataan pada termin terakhir. Hal ini kemudian menuai reaksi dari Mercia Marcelina. Ia memulai tanggapan dengan pernyataan terima kasih karena kesediaan Yusepaldo memoderatori forum dan juga sudah menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan untuk unit. Masalahnya, undangan Open Forum pada poster yang dipublikasikan BPMF menunjukkan durasi waktu yang tersedia untuk forum mulai dari pukul 16.00-21.00, namun baru baru pukul 19.40, Sang Moderator hendak mengakhiri forum. “Pada brosur, Open Forum sampai jam 9, namun kenapa dipercepat?”, ujar Mercia. Maklum, sebelum ini, Sang Moderator beberapa kali memotong diskusi dan membiarkan pertanyaan tidak terjawab dengan alasan topik permasalahan yang sama.

Open Forum dilanjutkan Agnes dengan menjawab salah satu pertanyaan Satya mengenai cara pemilihan fungsionaris dan ketua BPMF. Pemilihan dilakukan melalui utusan angkatan dengan wawancara bersama ketua angkatan.

Menanggapi jawaban Agnes, Satya berpendapat, “saya masih kurang terima, BPMF ini kan badan legislatif untuk mahasiswa, menurut saya akan lebih baik jika mahasiswa sendiri yang memilih utusannya.”

Lanjut berbicara tentang tugas BPMF, dalam forum Mercia meceritakan pengalamannya. Dimana saat mengikuti kegiatan Economic’s Fair sebaga peserta lomba dan seminar, Ia sempat bertanya pada salah Tim Observasi (TO) mengenai tujuan diadakannya acara tersebut. Jawaban dari TO membuat Marcel kecewa. Bagamana tidak, TO sendiri tidak tahu tujuan acara yang seharusnya menjadi objek observasinya. Ini menjadi pertanyaan bagi Mercia, “Apakah kompetensi teman-teman BPMF bisa dipertanggungjawabkan kepada kami sebagai perwakilan? Saat saya bertanya pada TO-nya, dia bilang nggak tahu. Bagaimana dia bisa membuat penilaian? Bagaimana dia membuat pertanggungjawaban?”

Menanggapi pertanyaan Mercia terhadap kinerja BPMF, Satya angkat bicara mengeluarkan usul, perlu ada evaluasi dari mahasiswa pada kinerja BPMF agar ketua angkatan, bisa menarik kembali perwakilannya.  

Beta Ubaya, Ketua BPMF periode 2014-2015 juga angkat bicara untuk menjawab pertanyaan Satya. Singkat saja, untuk pemilihan Ketua BPMF diatur dalam KUKM Pasal 12. Semua bisa jadi Ketua BPMF, asalkan itu utusan dari BPMF. “Saya kasi saran. Kalaupun teman-teman kurang merasa direpresentatifkan oleh adanya BPMF, saya pertanyakan kembali kepada ketua angkatan seperti apa. Silahkan ketua angkatan bisa mencabut (wakilnya di BPMF –red) kapanpun, selagi itu diperlukan, karena itu adalah haknya Ketua Angkatan,” lanjutnya.

 “Setuju saya, untuk semua ketua angkatan, di review lagi siapa orang-orangmu yang ada disitu (Fungsionaris BPMF –red) , tarik aja, buang jauh-jauh dari BPMF. Tapi harus objektif,” respon Sang Moderator pada pernyataan Beta.

Untuk pernyataan Mercia mengenai durasi Open Forum yang seakan dipercepat, Sang Moderator punya jawaban sendiri.

“Kenapa tidak sampai jam 9? Saya merasa kita saling menjatuhkan disini. Saya sadari ada beberapa hal yang kita gak bisa kontrol, namun aspirasi kalian akan tetap kami dengar. Saya pikir birokrasi diantara kalian agak njelimet,” jelas Yusepaldo.

Walaupun ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab, pukul 19:53, Sang Moderator sudah menyimpulkan semua pembahasan dalam open forum dengan membacakan catatan yang dibuatnya sendiri.

IMG_3487

Tomy Yudha saat mengajukan pertanyaan|Dokumentasi SDTF

Sebelum menutup Open Forum, Sang Moderator mempersilahkan mahasiswa yang ingin menyampaikan pernyataan penutupnya. Tomy Yudha segera meminta jawaban dari pertanyaan Erwin sebelumnya mengenai jaminan, bahwa saran dalam Open Forum diterima.

Selanjutnya giliran Ade Reynaldi yang dengan tegas menjawab sekaligus mengungkapkan pernyataan penutupnya. Semua saran yang telah disampaikan dalam Open Forum tidak mungkin akan diabaikan, namun tidak mungkin juga segera dilaksanakan semua. Ada proses untuk memilah terlebih dahulu semua saran yang ada.

“Dan yang sangat membuat saya tidak enak adalah ketika ada yang bilang orang-orang LK itu sombong, orang-orangnya itu  eksklusif. Ketika dia berada tiap hari hanya di kantor LKF, dianggap eksklusif. Itu tidak sama sekali. Dia hanya menjalankan tanggung jawabnya! Dia meluangkan waktu bermainnya untuk mengerjakan tanggung jawabnya. Jadi jangan lagi pernah ada stigma, orang yang masuk LK itu akan menjadi eksklusif. Dalam kepemimpinan saya, saya ingin menghilangkan stigma itu,” jelas Ade.

Open Forum selesai dan ditutup pukul 20.05.

Menanggapi pelaksanaan Open Forum, Riki mengatakan masih banyak mahasiswa yang belum mendapat kesempatan berbicara sehingga, masih banyak masalah yang belum tersampaikan. Mahasiswa yang belum berkesempatan memberi pendapat bisa segera menyampaikan ke unit yang bersangkutan.

“Tujuan open forum ini, mahasiswa punya keberanian buat ngomong, menyampaikan apa keluh kesahnya, pemikirannya, kritik dan sarannya jadi ada fungsi controlling dari mahasiswa terhadap LK, kalau itu bisa berjalan dengan baik, ya kita sama sama berdoa biar LK dan Mahasiswa FEB itu bisa maju bersama demi kemajuan FEB,” tambah Riki.

Reswanty Tonglolangi, Mahasiswi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Angkatan 2013. Pemimpin Redaksi LPM Ascarya.

Penyunting: Indrika Dermadibyo Tiranda

Leave a comment

Back to Top