Finger Kine Klub Ajak Salatiga Tertawa Bersama Lewat Workshop Film in Comedy
SEPUTAR FEB 21 Maret 2016 Tak ada komentar pada Finger Kine Klub Ajak Salatiga Tertawa Bersama Lewat Workshop Film in ComedySabtu, 19 Maret 2016, bertempat di Gedung Pertemuan Daerah Salatiga, diadakan Workshop Film in Comedy. Acara ini diselenggarakan oleh Finger Kine Klub, Kelompok Bakat Minat (KBM) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Workshop (lokakarya) ini menghadirkan Sammy yang akrab disapa “Not A Slim Boy” dan Jovial Da Lopez.
Materi dibuka oleh Sammy dengan pembawaan dan ungkapan yang mendatangkan tawa. Sammy menjelaskan bahwa tujuan orang tertawa adalah siap menertawakan seseorang yang tidak lebih beruntung dari dirinya. Ia juga menekankan bahwa untuk membuat sebuah komedi haruslah ada efek kejutan dan kejutan itu tidak dapat diulang.
Disela pemberian materi, salah satu Panitia Workshop Film in Comedy naik ke panggung untuk memberikan minuman. Hal ini lalu disambut Sammy dengan mengatakan bahwa keadaan di Salatiga serba enak, namun dilanjutkan dengan pernyataan yang memecah tawa peserta lokakarya.
“Salatiga ini tidak punya biskop tapi tetap mau bikin filem,” ucap Sammy.
Sammy juga menjelaskan bahwa menulis skenario komedi lucu akan lebih baik hasilnya jika sesuai dengan concern (sesuatu yang menjadi perhatian atau keprihatinan) penulis. Sammy memberi contoh dirinya yang walaupun seorang Pengusaha IT di bidang Softwere Development namun menaruh perhatian tentang politik. Menurutnya, politik bukanlah sesuatu yang ngawang, namun nyata. Sudah seharusnya orang yang berusia 17 tahun mengerti tentang politik. Misalnya saja dalam berdebat tentang sekolah dan diskotik sebagai tempat yang berbahaya.
“Anak SD disodomi di sekolah, anak TK disodomi di sekolah, anak SMP bikin filem porno di sekolah. Berarti nanti jangan sekolah” jelas Sammy yang kembali disambut dengan tawa peserta, dan penjelasan bahwa diskotik bukanlah tempat yang berbahaya.
Sambil kembali menekankan untuk menulis skenario sesuai concern, Sammy mengambil kondisi kehidupan umat beragama saat ini, “mengapa Gereja dan Masjid tidak bisa berdampingan tapi Alfamart dan Indomart bisa? Artinya, orang yang berjualan lebih bisa hidup berdampingan daripada orang beragama.” Peserta kembali tertawa.
Berbicara mengenai biaya pembuatan filem komedi, Sammy menjelaskan bahwa filem komedi yang saat ini berkembang adalah filem komedi yang script-less. Karena script-less, maka biayanya rendah dan banyak improvisasi. Ia menjelaskan bahwa biaya termahal yang dikeluarkan saat membuat filem komedi sekitar Rp 15 juta, tidak termasuk alat-alat yang dipakai.
Jika Sammy mengisi kegiatan lokakarya ini dengan penjelasan tentang pembuatan skenario, teknik penyutradaraan filem, tutorial komedi dan praktek, sesi kedua dilanjutkan oleh Jovial Da Lopez yang membagikan pengalamannya selama menjadi Aktor Komedi.
Tommy Aji Nugroho, Ketua Workshop Film in Comedy, berharap dengan diadakannya lokakarya ini semakin banyak lagi komunitas filem, khususnya di Salatiga, yang tertarik untuk membuat filem komedi.
“Kita di sini, kebanyakan komunitas filem, memproduksi filem cinta-cinta saja. Harapannya setelah ada acara ini, terutama untuk komunitas filem, bisa menciptakan filem yang genrenya bukan cuma drama, romance, tapi juga komedi” ungkap Tommy.
Sementara itu, Jane Christella Sharleen selaku Ketua Finger Kine Klub, mengatakan “semoga hati peserta mulai tergerak untuk buat karya karya yang lebih berkualitas. Jadi ada ide baru yang murni ide karya anak Indonesia, gak jiplak.”
Indrika Dermadibyo Tiranda, Mahasiswi program studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Angkatan 2013. Pemimpin Umum LPM Ascarya.
Penyunting Reswanty Tonglolangi
Leave a comment