Sekolah Pasar Modal: Tumbuhkan Bibit Investor Muda yang Siap!
SEPUTAR FEB 13 November 2017 Tak ada komentar pada Sekolah Pasar Modal: Tumbuhkan Bibit Investor Muda yang Siap!Kamis (9/11), Investor Club menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal (SPM) di Ruang E126 UKSW yang mana sekitar 100 orang berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut. Kegiatan SPM ini dibagi menjadi dua level yaitu level satu dan level dua. Level satu membahas tentang kerangka instrumen investasi yang legal. Sedangkan, SPM Level dua mendiskusikan tentang mekanisme perdagangan menggunakan akun nyata.
“Kegiatan ini disusun agar teman-teman paham tentang dunia pasar modal. Semoga teman-teman dapat memetik pelajaran dan menerapkan di pasar saham secara nyata,” kata Ivan Kristian Suwandi, selaku Ketua Panitia SPM Level 1 dan 2.
SPM perdana dihadiri oleh dua pembicara, yaitu Fanny Rifqi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Rendhy B. Wisudana dari Pembina Danareksa di UKSW. “Materi pembelajaran SPM tidak seperti materi seminar, SPM didesain seperti kelas kuliah yang menyertakan teori dan praktik. Oleh karena itu, SPM dapat meningkatkan kompetensi secara optimal,” jelas Rifqi.
Rifqi menyatakan bahwa SPM Level 3 tidak diselenggarakan bersama level 1 dan 2 karena calon investor harus menunggu rekening di pasar modal saham selesai dibuatkan. “Di SPM Level 3 akan menggunakan akun nyata untuk praktik lebih spesifik,” tambah Rifqi.
Rifqi mengaku prihatin dengan kondisi ekonomi Indonesia. “Saya rasa, masyarakat masih sangat kekurangan edukasi tentang investasi, khususnya menanam saham. Padahal, saham akan memberikan return yang lebih berkembang ketimbang menabung,” ungkap Rifqi.
Perilaku Obligasi
Dalam sesi materi pertama, Rifqi menyampaikan bahwa salah satu jenis investasi yang berisiko rendah adalah obligasi. Misalnya PT.ABC menawarkan obligasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek, dan Pasar Modal. “Singkat kata, Anda beli obligasi dari PT. ABC, berarti Anda mengambil alih hutang dari PT. ABC. Alhasil, perusahaan akan bayar bunga (kupon) kepada saudara,” imbuh Rifqi.
“Bagaimana obligasi senilai 50 juta supaya jadi uang lagi?” tanya Rifqi pada peserta.Ia pun menjelaskan bahwa obligasi harus dijual sebelum jatuh tempo habis. “Sekitar tiga hari uang bisa cair dan meningkat 52 juta,” ungkap Rifqi. Selisih sebesar dua juta tersebut ialah bunga bank.
“Kalau bunga bank turun, maka bunga obligasi naik,” cetus Rifqi. Apabila investor akan menjual obligasi dalam kondisi tersebut, maka investor akan menerima keuntungan atas harga obligasi yang tinggi.
“Kalau bunga bank turun, nasabah sedih. Nasabah akan menarik dan memasukkan ke obligasi yang lain, kalau hanya satu orang yang berpindah, tidak jadi masalah besar. Tapi, kalau banyak orang yang melakukan itu, timbul banyak investor yang berebut untuk beli. Alhasil, harga obligasi naik,” kata Rifqi.Rifqi menyarankan bahwa obligasi dapat disimpan sampai jatuh tempo (tiga tahun terakhir) karena harga akan kembali seperti semula sehingga investor tidak rugi.
Membaca Grafik
Pada Materi SPM Level 1, Rifqi menjelaskan langkah memahami grafik investasi menggunakan data di laman situs Indo Premier Capital. Rifqi mengambil sampel instrumen investasi, yaitu reksadana dan emas dari data time series pada Mei 2007- November 2017.
“Emas ditujukkan oleh grafik warna biru, obligasi warna hitam (menunjuk grafik pada slide ―red). Pergerakan emas lebih fluktuatif ketimbang obligasi. Obligasi lebih aman untuk investasi jangka panjang, seperti pendidikan anak untuk 10 tahun di masa depan, dari pada emas,” jelas Rifqi.
Perilaku Saham
Rifqi berpendapat bahwa investor harus memperbarui informasi tentang dinamika perusahaan. Salah satu contohnya dengan mengunjungi laman situswww.idx.co.id untuk mendapatkan dokumen laporan keuangan perusahaan sebagai bahan evaluasi. Saham berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Posisi pasar saham sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan dan sumber pemasukan bagi investor.
Cara praktis untuk mendapatkan kesimpulan informasi perusahaan dengan mengamati grafik pergerakan aset, liabilitas, modal, dan laba yang direkam selama lima tahun berturut-turut. “Kinerja perusahaan yang baik ditunjukkan dengan grafik yang meningkat pada setiap tahun. Misalnya, ketika pada 2014, Indonesia mengalami perekonomian buruk. Namun, perusahaan masih menujukkan performa yang baik. Hal ini mencerminkan daya tahan kerja yang bagus,” cetus Rifqi.
Tahap Jual Beli Saham
Rifqi menuturkan beberapa langkah mengelola saham dengan tepat. “Pertama, pilihlah saham, dari sekuritas yang legal, misalnya danareksa UKSW,” kata Rifqi. Bagi investor pemula dapat meminta bantuan kepada pialang untuk melakukan transaksi langsung via online dan memberi saran terhadap kondisi saham yang dikelola oleh investor. Dalam hal ini, pialang juga akan menerima komisi atas jasanya dalam membantu investor.
“Saham adalah instrumen investasi jangka panjang,” tukas Rifqi. Pria yang bekerja di BEI iniRifqi menegaskan bahwa saham bernilai rugi atau untung tergantung persepsi investor, ‘apakah barang investasi digunakan untuk jangka panjang atau jangka pendek?’
Apabila investor berfokus pada kebutuhan jangka panjang, kemungkinan ketika posisi saham turun, itu belum dapat dikatakan rugi, karena harga saham masih bisa naik. Di sisi lain, apabila investor membutuhkan uang segera (kebutuhan jangka pendek), investor harus memilih saham yang bersifat uptrend (saham yang nilainya akan terus meningkat dengan perbandingan turunnya harga yang tidak terlalu drastis).
“Intinya, belilah saham ketika harganya masih murah. Tapi, jual saham ketika harganya sudah meninggi,” kata Rifqi.
Tahap Trading
Trading difokuskan bagi investor yang memiliki rencana keuangan dalam jangka pendek. Seorang trader tidak wajib melihat laporan keuangan. Namun, trader harusmemilih saham yang likuid (sering dijual atau beli oleh orang).“Lihatlah trend! Terdapat beberapa jenis trend, yaitu uptrend, downtrend, dan konsolidasi (stabil),” kata Rifqi.
“Anda bisa coba membaca grafik trend dengan bantuan google. Silakan klik keyword ‘ipot stock’. Lalu, setelah masuk ke laman situs, klik ‘stock screener’,” kata Rifqi.
Membaca Trend
Pada sesi terakhir SPM, Rifqi menjelaskan kriteria saham yang memiliki sifat uptrend, downtrend, dan konsolidasi. Investor dapat melihat downtrend dari jumlah Moving Average (MA) 5, 20, dan 50.
“Warna grafik hitam adalah grafik harian, merah itu mingguan, biru itu bulanan, hijau adalah kuartalan (menunjuk grafik pada slide ―red). Nah, dikatakan downtrend jika grafik hijau berada di atas biru, biru di atas merah, merah di atas hitam,” Jelas Rifqi menutup pembicaraan dalam sesi pelatihan Level 1.
Penulis: Armita Retno Wijayanti, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pemimpin Umum KBM Ascarya Journalistic Club periode 2017-2018
Penyunting: Theresia Grasia Agatha, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pemimpin Redaksi E-Time Ascarya Journalistic Club periode 2017-2018
NB: Penulis hanya mengikuti SPM Level 1 saja. Lantaran, paad SPM Level 2, penulis berhalangan hadir (mengikuti kelas matakuliah dosen)
NB: Foto didapat dari panitia SPM
Leave a comment