Untuk Perempuan dalam Balutan Biru

Untuk Perempuan dalam Balutan Biru

PUISI Tak ada komentar pada Untuk Perempuan dalam Balutan Biru

Sementara kau bercakap dalam bahasa biru,
Aku di sini tetap memandang ke arah Dewi Malam
Di bawah teduhnya warna jingga dari lampu besar di Jalan Jendral Sudirman
Dalam setiap kata dan suara yang kau nyanyikan, aku merasa semua pilu keluar dari birumu
Biru menjadi warna yang terpancar dari matamu yang sembab

Sementara kau membenarkan semua nyanyianmu di malam itu
Aku di sini tetap memandang wajah Dewi Malam yang dibalut bintang
Saat itu aku terus mengangguk mengamini nyanyianmu akan biru
Dewi Malam sesekali mengalihkan pikirku dari semua senandungmu
Tapi suaramu yang parau menarik sadarku kembali ke sampingmu

Sementara kau terus berkata tentang biru yang memuaskanmu
Tenggorokanku mulai mengering
Sudah rokok keempat yang telah habis aku hisap
Jalan Jendral Sudirman pun mulai sepi
Lalu aku tersadar bahwa aku sendirian mendengar suaramu melalui sebuah telepon genggam

Lalu kau berhenti bicara
Dan kau memutuskan untuk menghentikan semuanya
Dan biru yang menyeruak dalam kalbuku
Dan percakapan kita diakhiri oleh ucapan salam darimu

Sadarkah kau bahwa nyanyian parau tentang bahasa biru itu sudah lama berlalu?
Dan kita masih mencuri pandang dalam dunia maya kita masing masing?
Dan perempuan dalam balutan biru masih melekat dalam mimpi saat aku tertidur?

Salatiga, 12 -12 – 2015

Suraaj TiLaRsalah satu anggota dari Teater TiLaR dan sesekali terjebak dalam sisi melankolis dalam kesehariannya. Beruntung, dirinya segera berkenalan dengan puisi sehingga rasa melankolis itu tertuang dalam bentuk tulisan. Meskipun karya karyanya terdengar syahdu dalam kenangan masa lalu, Suraaj hanya menikmatinya penyambung ungkapan hati dari orang orang yang pernah mengalami rasa yang sama akan kenangan serupa dengan dirinya.

Author

Leave a comment

Back to Top