Investor Pintar: Bukan Main Saham, Tapi Nabung Saham!

Investor Pintar: Bukan Main Saham, Tapi Nabung Saham!

KAMPUS, SEPUTAR FEB Tak ada komentar pada Investor Pintar: Bukan Main Saham, Tapi Nabung Saham!

Straight News – FEB UKSW

Direktur Pengembangan PT. Bursa Efek Indonesia Pusat, Nicky Hogan, menegaskan tiga kunci menjadi orang sukses. “Ada tiga pilihan, kalian harus rajin bangun pagi, tidur larut malam, dan yang terakhir,  menjadi pemilik perusahaan dengan menjadi seorang investor,” jelas Nicky.

Ketika Nicky menjadi pembicara dalam kegiatan Seminar Nasional Investor Club, di FEB UKSW, Selasa (24/10/2017), Direktur Pengembangan PT.BEI menegaskan,  Indonesia memiliki Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus mengalami kenaikan dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses berinvestasi. “Saat ini untuk melakukan investasi tidak lagi dipersulit. Dengan uang seratus ribu, kita bisa menjadi seorang investor. Lima sampai sepuluh tahun lalu bahkan seorang investor membutuhkan dana minimal 10 sampai 25 juta rupiah. Perkembangan teknologi saat ini juga berdampak positif pada transaksi saham yang mana jauh lebih efisien dengan sistem elektronik,” imbuh Nicky dengan mantap.

Nicky pun menceritakan sejarah perkembangan investasi di Indonesia. “Sejarah IHSG sebelum tahun 2000 masih benar-benar manual,” ujar Nicky. Menurut Nicky, dulu, saham berbentuk lembaran kertas (sertifikat). Lalu, tahun 2000, Indonesia beralih ke bentuk transaksi investasi via elektronik. Sedangkan, tahun 2002, lantai bursa dihapus dan berganti dengan transaksi elektronik. Pada 2014, transaksi berubah dari satu lot yang awalnya 500 lembar diubah menjadi100 lembar. Tahun 2015, Indonesia memulai kampanye dengan slogan “Yuk Nabung Saham”. Slogan tersebut bertujuan mengubah mind set tentang menabung itu tidak hanya di bank tetapi juga dapat dilakukan di pasar modal.

 Perkembangan IHSG sangat  cepat, yaitu tahun 2016 naik sebesar 15,32 % dengan peringkat ke dua di Asia Pasifik, dan dalam 10 tahun terakhir IHSG adalah yang tertinggi di dunia. Total investasi 215 triliun dari pasar modal untuk investor Indonesia.

“Investasi lebih menguntungkan dari pada hanya menabung dan investasi dapat dilakukan secara bertahap. Investasi dalam jangka panjang dapat memberi keuntungan bahkan sampai 200 % dan sahamnya pun dapat diwariskan ke generasi berikutnya,” kata Nicky.

Nicky menekankan bahwa membeli saham itu bukan merupakan sesuatu yang spekulatif dan penuh risiko. Pemegang saham merupakan pemilik perusahaan yang berhak atas deviden, berhak menerima kenaikan harga saham dari waktu ke waktu,  dan berhak diundang ke rapat umum pemegang saham setiap ada rapat umum pemegang saham. Dalam hal ini, aktivitas pembelian saham adalah sesuatu yang nyata. Pemilik saham adalah pemilik perusahaan dalam tempo jangka panjang.

 

Investor di Indonesia Sedikit

Dalam kesempatan itu, Yahuda Nawa Yankrisna, Branch Manajer Area Joglosemar  PT. Danareksa, menjelaskan bahwa saat ini jumlah investor  di Indonesia menurut data KSEI sekitar 1.06 juta investor dari 200 juta lebih penduduk di Indonesia.

“Kendala umum dalam pembuatan rekening efek paling banyak karena merasa belum memiliki dana,” kata Yahuda. Beliau menyarankan untuk menyisihkan pendapatan dana guna membeli produk pasar modal (investasi).

Yahuda pun menjelaskan bahwa ketika membeli saham tidak dapat sembarangan. “Dalam proses membelinya kita harus tahu tentang laporan keuangan dari perusahaan tersebut apakah baik (selalu positif) atau sedang terpuruk. Kita bisa mulai dengan memilih perusahaan yang produknya kita ketahui dan tersebar di mana-mana sehingga peluangnya jauh lebih besar untuk untung karena banyak konsumennya,” jelas Yahuda.

 “Harta yang cepat diperoleh akan cepat berkurang, tapi siapa yang mengumpulkan sedikit-demi sedikit akan menjadi kaya,” kata Yahuda. Ia berpendapat bahwa ketika kita mendapatkan banyak uang, maka orang cenderung menggunakan uang untuk membeli sesuatu. Sedangkan,  jika orang terdidik belajar mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, mereka dapat belajar dari proses dan ilmu untuk mendapatkan harta. Di sisi lain, orang berupaya agar pengeluarannya tidak lebih tinggi dari pendapatannya.

Yahuda berpesan pada peseta seminar untuk memulai berinvestasi. Mahasiswa harsu memenuhi syarat, yaitu membuka rekening efek terlebih dahulu, menyerahkan fotocopy buku tabungan halaman pertama,  fotocopy KTP pribadi dan penanggung jawab (orang tua). Lalu, mahasiswa meminta formulir ke galeri untuk dibuatkan rekening siap pakai.

 

Giring Nidji

Giring Ganesha yang terkenal dengan sebutan Giring Nidji sedang mengisi acara Seminar Now or Never 2017 terkait investasi di pasar modal

Giring bercerita bahwa dari kebiasaan hidupnya yang boros di usia 25 tahun, ibunya mengenalkannya kepada seorang finacial planner. Dari kesempatan itulah, ia mengenal reksadana dan investasi. Di usianya yang sekarang ia sudah dapat membayar DP rumah dan biaya pernikahnya. Ia memutuskan untuk menanamkan modalnya di beberapa bank yang ternama dan perusahaan multinasional.

“Kita membeli rumah bukan untuk investasi kebutuhan mendesak melainkan investasi untuk anak-anak ke depannya dan mengapa saham karena sahamlah yang paling menguntungkan dari yang lain,” tukas Giring.

Di akhir penghujung acara, Giring berpesan. “Tahun 2030, Indonesia memiliki bonus demografi, angkatan kerja lebih besar dari angkatan tua. Aku cuma bisa nitip, nanti di masa depan, kalianlah yang akan membentuk bangsa ini. Jadi, jadilah masyarakat yang produktif!”ujar Giring menutup seminar nasional dengan tema Now or Never: Smart Investor Through Capital Market.

 

Penulis: Harti Purnamasarimahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2016, Redaktur Pelaksana Tulis Ascarya Journalistic Club periode 2017-2018

Penyunting: Armita Retno Wijayanti, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pimpinan Umum Ascarya Journalistic Club periode 2017-2018

 

Leave a comment

Back to Top