Najwa Shihab @ UKSW: Sebarkan Virus Membaca
KAMPUS 29 Agustus 2017 Tak ada komentar pada Najwa Shihab @ UKSW: Sebarkan Virus MembacaMasih tentang Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) UKSW 2017, OMB 2017 memiliki salah satu agenda kegiatan, yaitu “Najwa Shihab @ UKSW”. Pada Jumat siang (25/8), terlihat mahasiswa baru memadati Balairung Utama (BU) mulai dari lantai satu yang penuh tak bersisa hingga bagian tribun juga penuh oleh penonton umum. Belum dipersilakan masuk oleh moderator, Vino, kehadiran Najwa Shihab memasuki pintu gedung disambut riuh. Semua orang di dalam BU serentak bertepuk tangan, bahkan beberapa orang memberikan standing appaluse.
“Najwa Shihab @ UKSW” dibuka dengan sambutan dari Rektor John Titaley. John menyatakan rasa bahagia atas kesediaan Najwa untuk hadir di UKSW. John pun menyelipkan cerita mengenai Indonesia Mini dalam rentetan sambutannya.
“Assalamualaikum,” ucap Najwa membuka pembicaraan.
“Selamat siang teman-teman UKSW! Kayaknya kita sehati deh, ngga janjian, ngga dikasih tahu panitia. Tapi kita bisa kembaran putih hitam,” sapa Najwa yang disambut riuh oleh penonton.
Pada topik pembicaraan pertama, Najwa bercerita bahwa ia rindu ketika ia pernah menjadi mahasiswa. “Saya teringat ketika jadi panitia, teringat ketika masih mahasiswa baru, ingat bersusah-sudah mencari narasumber kalau kegiatan kemahasiswaan,” kata Najwa.
Najwa mengaku bahwa sebelum berkunjung ke UKSW, ia pernah berkunjung ke kampus almamaternya, Universitas Indonesia.
“(Berkunjung –red) ke UKSW karena memang saya selalu ingin ke sini,” ungkap Najwa dan lagi-lagi membuat penonton riuh menanggapi ungkapan Najwa.
Menurut Najwa, banyak alumni UKSW berpengaruh dan memiliki kepribadian loyal pada kampus almamater. “Buktinya ketika beredar info bahwa saya akan main ke sini itu banyak sekali alumni UKSW yang kemudian SMS, WA, menitipkan salam. ‘Saya alumni UKSW, terima kasih sudah mau mampir’. Jadi, mereka adalah orang-orang yang sangat cinta pada kampus. Artinya, pengalaman di kampus adalah pengalaman paling indah. Jadi, beruntunglah dedek-dekek tercinta bisa diterima di UKSW,” imbuh wanita yang pernah jadi lulusan terbaik di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Menyambung dari sambutan John Titaley mengenai Indonesia Mini di UKSW, wanita yang memulai kariernya di stasiun televisi RCTI tahun 2000 itu pun mengungkapkan bahwa, saat ini, kehidupan dihadapkan pada sensitifitas keberagaman yang begitu tinggi. “Ini adalah hal yang paling berharga karena kampus itu bukan sekadar mengejar IPK. Jika kita bisa mendapatkan (belajar keberagaman –red) di kampus, belajar dari sekarang. Jangan hanya bergaul dengan teman satu fakultas,” tukas wanita yang meraih penghargaan sebagai wartawan televisi terbaik pada tahun 2005.
“Pengalaman di awal masa kuliah, ketika menjadi mahasiswa masih membuka diri karena mencari teman. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk mendapatkan teman baru,” tambah perempuan yang mendapat beasiswa S2 di Melbourne Law School pada 2009.
“Ada satu narasumber saya pernah bilang, IPK berguna ketika kamu ingin melamar, yang membuat dipanggil (wawancara –red) adalah pertama dicek IPK-nya. Tapi, yang akan membuat kalian mendapatkan pekerjaan justru pengalaman kalian berorganisasi di kampus, pengalaman kalian bergaul, karena itu semua nikmatnya menjadi mahasiswa,” kata wanita selaku tuan rumah talkshow Mata Najwa.
Wanita yang menjabat sebagai Duta Baca Indonesia 2016-2020 memberikan tips pada mahasiswa agar bisa mudah bergaul. “Bertanya, datangi (teman –red) yang lagi duduk sendiri, harus punya rasa ingin tahu, jalin komunikasi, gabung di kegiatan kemahasiswaan. Jadi, itu cara paling gampang untuk mendapatkan teman di awal-awal kampus . Jadi, jangan hanya menutup diri!” ujar Najwa
Najwa mengungkapkan bahwa tidak menjadi masalah apabila mahasiswa belum yakin terhadap pilihan fakultasnya sendiri. “Which is, tidak apa-apa. Karena sesungguhnya adik-adik, ketika kita memulai masa kuliah coba berpikir lebih panjang dibandingkan hanya empat atau lima tahun masa perkuliahan kita. Pikirkan sampai dua puluh tahun ke depan! Coba bayangkan, di tahun 2037 adek-adek akan menjadi orang yang seperti apa? Indonesia akan jadi seperti apa? Dunia akan seperti apa? Jangan batasi diri karena waktu berlari begitu cepat,” kata Najwa.
“Setelah dari sini saya punya tantangan,” tegas Najwa dengan mantap.
Ia mendorong mahasiswa untuk membuat curriculum vitae yang mencerminkan rencana pencapaian dan target kepribadian untuk 20 tahun mendatang dari sekarang. “Mungkin saja, apa yang kalian lakukan pekerjaannya belum ada. Kalianlah yang akan menciptakan pekerjaan itu. Jangan membatasi diri dengan pilihan-pilhan yang tampak di depan mata, ” tukas Mbak Nana, sapaan akrabnya.
“Pastikan kalian, empat tahun, lima tahun kalian (berkuliah –red) lakukan apapun untuk bisa jadi orang” tambah Mbak Nana.
Dalam situasi sulit sekalipun Najwa mengingatkan mahasiswa untuk tetap memiliki mindset suka terhadap tantangan. “Dalam hidup pasti ada penyesalan. Hidup selalu memberikan kesempatan apa yang akan kita lakukan,” kata Najwa.
Temukan Passion, Temukan Suksesmu
Najwa bercerita, ia belum mengetahui passion hidupnya seusai lulus kuliah di UI. “Passion itu bukan seperti wahyu yang datang tengah malam. Passion itu harus diusahakan. Passion adalah menemukan ketertarikan terhadap hal-hal yang baru, mencari hal-hal yang baru, dan merawat ketertarikan itu,” jelas Najwa.
Karier Najwa menjadi jurnalis bermula saat ia diterima menjadi reporter magang di RCTI pada akhir semeter kuliahnya. “Tetapi tiga bulan di sana, mengubah seluruh rencana hidup saya, yang saya pikir saya sudah mantap menjadi pengacara, selesai dari magang saya melamar jadi jurnalis televisi dan itu 17 tahun yang lalu sampai sekarang masih menjadi jurnalis televisi,” kata Najwa yang disambut tepuk tangan oleh penonton.
Menurut Najwa, ketika seorang memiliki ketertarikan pada artis Korea, itu juga bisa menjadi passion. Bermula dari ketertarikan luar biasa, memicu seorang untuk mengetahui seluk beluk dari musik, biografi hidupnya, hingga memiliki ketertarikan pada segala yang berbau Korea. Suatu ketika, seorang saking jatuh cintanya pada Korea, ia belajar bahasa Korea, melamar beasiswa kuliah ke Korea, bahkan kuliah sampai dapat gelar doktor.
Intinya, Najwa mengatakan, “Itu berawal dari passion suka artis Korea, tapi tidak berhenti pada sang artis. Tapi mencari hal-hal baru yang merawat ketertarikan itu untuk menjadi sesuatu yang lebih besar,” jelas Najwa.
“Akan ada banyak pintu yang dibuka, kita yang harus mengetuk, menggedor, dan kalau perlu kita tendang sampai pintu kesempatan datang, dan kalau kesempatan itu datang Insya Allah kebahagiaan itu datang,” tambah Najwa.
Najwa Shihab Jadi Duta Baca Nasional Periode 2016-2020
Najwa dipercaya oleh Perpustakaan Nasional untuk menyebarkan virus membaca di Indonesia dan menciptakan duta-duta baca lainnya. Virus yang ia ciptakan menyeruak ke kampus, sekolah, desa, bahkan rumah.
“Saya sempat kepikiran soal minat baca di tanah air. Itu bikin deg-degan,” kata Najwa. Menurut survei yang diugkapkan Najwa, minat baca anak-anak Indonesia hanya 1:1000. Itu artinya, dari 1000 anak, hanya ada 1 anak yang memiliki komitmen tinggi untuk membaca. Najwa menuturkan bahwa anak Eropa mampu membaca 25 buku per tahun.
“Tantangan kita bukanlah minat bacanya yang rendah, tetapi justru akses terhadap bukunya. Rasanya kalau saja kita membuat buku menjadi terjangkau, rasanya angka-angka itu akan berkata sebaliknya,” jelas Najwa.
Tips Agar Tidak Malas Membaca
“Membaca itu upaya meraih makna”, kata Najwa.
Menurut Najwa, membaca mampu melatih kepribadian, yaitu punya imajinasi, tidak gampang diprovokasi, dan kaya hati. “Kalau tidak suka (membaca –red) tutup, cari buku yang lain, pasti ada buku yang kalian suka,” kata Najwa.
“Cara kedua, masukkan jadwal baca dalam aktivitas sehari-hari! Luangkan waktu untuk melatih daya tahan membaca” imbuh Nana. Ia bertutur bahwa membaca tidak harus yang berat-berat. Cukup bisa membaca komik dan tabloid pun tidak jadi masalah.
Pengalaman Menarik Saat Jadi Reporter Berita
Setelah beberapa mahasiswa baru bertanya pada Najwa. Giliran John Titaley yang berkesempatan bertanya. Intinya, John menanyakan wawancara apa yang sulit dikendalikan oleh Najwa.
“Saya merasa setiap orang yang saya wawancara setiap interaksi dan topik memiliki tingkat kesulitan berbeda beda. Setiap wawancara punya pendekatan yang berbeda,” jawab Najwa. Ia selaku berusaha agar pemirsa yang menyaksikan Mata Najwa ini mendapatkan informasi yang maksimal.
Ia pun memberikan contoh saat mewawancarai Habibie, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
“Pak Habibie itu adalah orang yang sangat menyenangkan,” kata Najwa. Menurutnya, Habibie bukan hanya menguasai segala hal yang berbau industri pesawat, ia juga menguasai bahasan cinta, demokrasi, bahkan bicara kematian karena ia sedang menulis buku tentang kerinduannya untuk bertemu lagi dengan istrinya, Ibu Ainun.
“Bicaranya panjang, sulit dipotong, dan kalau sudah intens terhadap suatu topik yang berapi-api bisa sampai 10 menit sendiri,” tambah Najwa.
“kalau dengan Pak Jokowi lain lagi, Pak Jokowi terbiasa menyampaikan sesuatu dengan pendek-pendek,” kata Najwa disambut tawa oleh penonton.
Dalam perjalanan kariernya, Najwa mewawancarai Pak Jokowi dalam berbagai kesempatan, mulai dari Jokowi menjabat sebagai walikota, gubernur, hingga presiden.
“Makin ke sini sih sudah lebih terukur dan lebih memberikan konteks yang panjang-panjang sebelumnya sangat pendek, to the point, dan cenderung punya istilah yang menarik. Misalnya: istilah tak dung ces (istilah jenis musik kesukaan Jokowi –red),” kata Najwa.
“Pak SBY orang yang sangat pandai berkomunikasi dan selalu memberikan konteks yang pas dalam setiap pertanyaan yang diajukan, “ imbuh Najwa.
Toleransi Itu Harus Dialami Bukan Diajarkan
Sebuah pertanyaan datang dari kalangan dosen UKSW. Ia bertanya bagaimana cara menanamkan rasa toleransi keberagaman pada anak didiknya agar kelak ketika mahasiswa terjun di dunia kerja dapat bersiap diri.
Saat Najwa berusia 16 tahun, ia melakukan student exchange ke Amerika Serikat selama satu tahun. Di sana ia mengaku menjadi minoritas di sekolah maupun ketika tinggal bersama orang tua angkatnya di sebuah kota New York yang jauh dari pusat kota.
Keluarga angkatnya di AS adalah umat roman katholik yang sangat taat. Ketika bulan puasa selama 30 hari, ibu angkatnya selalu menyiapkan sahur untuk Najwa. Beberapa kali ibunya juga ikut berpuasa akan tetapi masih minum lantaran tak kuat. Ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, ibunya mengantarkan ke masjid terdekat selama tiga jam agar Najwa dapat mengikuti perayaan di masjid.
Padahal, pada masa itu telah terjadi tragedi pengeboman. Sebelum pelaku tertangkap, ternyata diisukan pelaku pengeomban adalah kaum muslim. Namun, perlakuan baik dari keluarga angkatnya meninggalkan kenangan manis di hati Najwa akan pengalaman menikmati toleransi di negeri orang.
Lingkaran Setan Industri Televisi
Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan oleh mahasiswa broadcasting, FISKOM.
“Televisi adalah alat politik yang paling powerful. Menurut survei, informasi dari televisi yang membuat pemirsa mengambil keputusan preferensi politik. Tantangan di dunia industri televisi ini bukan hanya owner atau kepemilikan politik. Tantangn justru dari industri televisi sendiri ” ungkap Najwa.
“Mata Najwa alhamdulilah termasuk yang rating sharenya bagus tapi seberapa pun saya bangga dengan Najwa masih kalah dibanding ganteng ganteng serigala, dan berita gosip,” tukas Najwa sambil tertawa.
Rating industri televisi yang tinggi menyebabkan tawaran iklan meningkat, pendapatan televisi juga meningkat, kepentingan mereka untuk memproduksi acara serupa lagi akan lebih banyak, bonus karyawan lebih banyak, motivasi karyawan untuk menciptakan program yang serupa juga akan lebih banyak itu akan menjadi lingkaran setan.
Kriteria Wartawan Profesional
“Wartawan itu kumpulan orang yang harus berpikir bebas, bisa beradu argumen, dan wartawan yang baik harus bisa mempertahankan pendapatnya di meja redaksi kapanpun dalam diskusi apapun,” ungkap Najwa.
Di dalam ruang redaksi tidak ada hierarki. Pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, sampai wartawan magang dapat beragumen asalkan argumennya bisa diterima. Profesionalitas seorang wartawan juga diukur dari hasil karya yang ditunjukkan.
“Saya tidak pernah takut pada owner, yang saya takuti adalah orang yang memegang remote control,” kata Najwa.
Kedua, menurut Najwa, wartawan harus berusaha agar informasi yang disajikan kepada konsumen haruslah yang terpercaya dan dapat diterima akal sehat sehingga pemirsa tak akan berpaling dari chanel yang ia tonton.
Ketiga, kita harus selektif dalam memilih informasi agar tidak terseret berita hoax. Oleh karena itu, Najwa menyarankan kepada mahasiswa untuk terus mengasah logika dengan cara banyak menbaca.
Ayah Adalah Inspirasi Terbesar Dalam Perjalanan Kesuksesan Najwa Shihab
Najwa bercerita, ayahnya sedari kecil mencintai Al-Quran. Ketika ayahnya berusia 14 tahun, ia berlabuh ke Kairo, Mesir untuk belajar tafsir Al-Quran. Ayahnya tinggal selama 18 tahun di Universitas Al-Azhar Kairo, salah satu institusi terbaik di dunia.
Saat ini, ayahnya telah belajar Al-Quran selama 70 tahun lebih. Tapi, ayahnya sangat rendah hati. Ia tak pernah sombong atau merasa paling tahu segalanya. Ia pun tak berani mendefinisikan mana surga dan neraka. Ia tak pernah mengklaim terhadap kebenaran agama. Sementara, di luar sana banyak pihak yang merasa paham ini itu soal agama dan mengaku-aku bahwa dirinya adalah ustad yang paling benar.
Sepanjang hidupnya ia membaca dan menulis Al-Quran. Ketika ayahnya menulis buku, pada bagian kata pengantar, ia tak pernah menggunakan kata saya. Ia selalu memilih kata kami atau penulis karena ayahnya mengatakan bahwa pengetahuan yang ia dapat bukan karena dirinya tapi karena Allah dan para ustad yang telah membimbingnya.
“Jadi kalau ditanya siapa inspirasi saya, inspirasi saya adalah Abi di mana saya akan terus belajar rendah hati karena rendah hati adalah kunci keimanan,” ucap Najwa yang hampir berurai air mata.
Talkshow Mata Najwa Berakhir
Sebuah pertanyaan penutup dari Yosepaldo Pasharibu, Ketua OMB 2017, mengenai kelanjutan dari episode Mata Najwa terakhir.
Najwa menjawab bahwa episode Mata Najwa akan tayang di akhir bulan ini. Ia mengatakan bahwa crew Mata Najwa sudah dua hari melakukan proses rekaman. Di penghujung episode, Mata Najwa dinobatkan sebagai program “Talkshow Paling Berkualitas 2017” oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
“Saya merasa setiap Mata Najwa, selalu ada proses pembelajaran yang luar biasa. Saya merasa keputusan untuk menghentikan program yang sedemikian penting, itu tidak mudah. Tapi, itu keputusan yang penting untuk diambil karena saya merasa dalam hidup selalu ada jeda. Jeda bukan untuk berhenti. Tetapi jeda untuk menarik nafas dan melihat lagi segala perubahan yang terjadi sedemikian cepat. Insya Allah, waktu untuk jeda, waktu untuk main sama dedek-dedek di kampus, menggali lagi inspirasi yang bisa saya dapat dari dedek-dedek, berbagi cerita. Kalau dikangeni Insya Allah akan balik lagi di Mata Najwa,” imbuh wanita yang pernah jadi Wakil Pemimpin Redaksi di Metro TV.
Penulis : Armita Retno Wijayanti, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pemimpin Umum KBM Ascarya Journalistic Club periode 2016-2017
Penyunting: Meliana Eka Wijaya, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Fungsionaris KBM Ascarya Journalistic Club periode 2016-2017
NB : Foto didapat dari SDTF FEB UKSW (sdtf.feb.uksw@gmail.com)
Leave a comment