Desy Lulus dengan IPK 3.97, Lama Studi 3 Tahun 6 Bulan

SOSOK Tak ada komentar pada Desy Lulus dengan IPK 3.97, Lama Studi 3 Tahun 6 Bulan

Pricillia Desi Tanadi adalah mahasiswa angkatan 2013 yang mengambil konsentrasi program studi akuntansi di FEB UKSW. Ia memiliki orang tua yang bernama Siswanto Tanadi dan Gusti Ayu Oka Merrydyani. Desy mengaku sangat bersyukur bahwa orang tua tidak pernah menuntut atas pencapaian kuliahnya selama ini. Dengan begitu, Desy bisa mengembangkan apa yang ia sukai.

“Waktu SD itu aku sibuk paduan suara. Aku dan timku (tim paduan suara –red) puji Tuhan diundang ke Istana Negara dan ketemu sama Presiden SBY, saat upacara kenegaraan 17 Agustus. Nah, waktu SMP aku ngga lanjut, jangan ditiru ya, karena aku merasa suara aku ngga bagus! Aku merasa bersalah karena ngga mengembangkan talenta itu!” Imbuhnya. Pada masa itu, Desi juga pernah mengikuti Olimpiade Matematika. 

Desy bercerita kalau ia pun pernah mengalami culture shock saat memasuki bangku sekolah menengah pertama, lantaran persaingan ketat di sekolah unggulan. Beruntung, saat SMA, ia masuk di sekolah unggulan kembali. 

“Waktu SMA, waktu kelas dua, mulai tertarik sama lawan jenis tuh hahaha terus pengen lebih berguna juga buat orang lain, baru nyadar apa ya yang bisa dibanggain dari diri aku,” kata Desy. Ia pun mengikuti beberapa lomba seperti story telling, jambore Provinsi Bali, dan menjuarai cerdas cermat alkitab. Ia juga menjuarai kompetisi public speaking di Fakultas Psikologi, Universitas Udayana di Bali tahun 2012. Tak khayal saat kuliah ia juga aktif menjadi MC dan moderator.

***

Perempuan kelahiran Denpasar, 31 Desember 1995 ini pun menceritakan pengalaman berkesan saat duduk di bangku kuliah, mulai dari ia meraih berbagai prestasi hingga peristiwa mengesankan ketika harus berebut kursi kuliah pada saat registrasi matakuliah.

“Ya kamu tahu sendiri kan, kalau SIASAT, itu antara hidup dan mati. Rebutan mata kuliah sampai begadang mantengin laptop. Kayaknya udah lima kali, setiap siasat aku dapat nol SKS, awalnya sedih lama-lama santai aja dapet nol  SKS  soalnya pas adjustment selalu dapat mata kuliah” papar perempuan yang pernah menjadi Bendahara Komisi Anak dan menjadi guru Sekolah Minggu tersebut.

Desy juga pernah menekuni kegiatan penelitian. Tahun 2013, ia bersama tim berhasil merealisasikan proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul “Carrot Crispy & Carrot Powder” Dusun Kasiran, Desa Kopeng, Getasan”. Tahun 2014, ia meraih Juara I Olimpiade Ekonomi Se-Jawa Tengah. Selama tahun 2013-2017, ia pun mendapat beasiswa prestasi akademik dari FEB UKSW.

Desy bercerita bahwa ia pernah mengambil mata kuliah milik program studi public relation. Ia mengaku senang karena mendapat teman yang lebih santai dan seru.  Dalam kelas kuliah tersebut, ia menuturkan bahwa dirinya dituntut memiliki konsentrasi tinggi pada aksen bicara dosen asing yang cepat.

***

Di balik keuletan menyusun skripsi, ada sesosok dosen pembimbing yang setia menemaninya, yaitu Bapak Usil Sis Sucahyo. Desy memutuskan untuk mengambil konsentrasi penelitian mengenai studi kasus risk mitigation pada organisasi nirlaba. Ia mengungkapkan bahwa gerejanya memiliki beberapa masalah. Hal tersebut menggerakan hatinya untuk mencarikan solusi dalam wujud karya tugas akhir. Ia sangat antusias dan berani mengambil tantangan. 

“Banyak tantangan, karena harus bertemu dengan orang profesional di pekerjaannya dan masalah yang diambil cukup sensitif,” imbuhnya.

Setelah ia menyelesaikan skripsinya, ia diwisuda pada 22 Juli 2017.“Puji Tuhan, IPK nya 3.97, terus lulusnya itu, hitungannya 3,5 tahun gitu,” jawab Desy

Seusai diwisuda, Desy memutuskan untuk mengikuti training di bidang akuntansi di salah satu fast moving customer good company besar di Indonesia. “Dalam waktu 3-5 tahun, aku (ingin –red) berada di posisi manajerial perusahaan besar di Indonesia,” tutur lulusan SMA Negeri 1 Kuta Utara, Bali tersebut.

Ia bermimpi jika 10-15 tahun lagi, ia ingin berprofesi sebagai dosen. Selain itu, ia bercita-cita mendirikan bisnis di bidang fesyen dan properti. Desy mengaku sangat prihatin dengan keadaan sosial sehingga ia memiliki target untuk menciptakan yayasan/komunitas bagi para penyandang disabilitas, korban bullying, dan depresi di masa depan.

Pesan terakhir darinya adalah do it with passion, or not at all. “Karena yang dilakukan setengah-setengah itu ngga baik mending ngga usah sekalian. Lakukan yang terbaik dan berdoa!” ujar dia menutup pembicaraan.

Armita Retno Wijayanti, mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, angkatan 2015, Pemimpin Umum KBM Ascarya Journalistic Club periode 2016-2017

Penyunting: Theresia Gracia Agatha

NB: Foto profil didapat dari Desy Tanadi

Leave a comment

Back to Top